Mengenal Panda Parenting, Pola Mengasuh Anak Yang Serius Tapi Santai
TABLOIDBINTANG.COM - Perkembangan zaman dan perubahan generasi selalu melahirkan gaya parenting atau pola asuh yang baru. Setelah di era sebelumnya banyak orang tua mengadopsi pola asuh Tiger Parents, Helicopter Parents, hingga Dolphin Parents, kini muncul istilah baru yang diperkenalkan oleh Esther Wojcicki, penulis buku How To Raise Succesfull People: Panda Parenting atau pola asuh panda.
Esther Wojcicki menyebutkan saat ini pola asuh panda merupakan gaya yang cocok diterapkan oleh orang tua modern. Seperti apa sih, pola asuh panda yang dimaksud? “Secara sederhana, panda parenting adalah tentang membimbing si kecil dengan lembut dan tidak memaksakan anak mengikuti kemauan orang tua,” jelas Esther Wojcicki.
Ketika orag tua harimau berambisi tinggi untuk menjadikan anak sukses sesuai keinginan mereka dan orang tua helikopter selalu membayang-bayangi anak dan siap menghindarkan anak dari masalah, orang tua panda jauh lebih santai dalam membesarkan anak-anaknya. “Ini tentang memberikan si kecil kebebasan untuk melakukan semua hal sesuai caranya sendiri,” kata Esther Wojcicki.
Alih-alih memaksa anak melakukan sesuatu, orang tua panda lebih senang membimbing mereka memilih jalan yang diinginkan, membantu mereka agar lebih mandiri, sembari tetap menyemangati anak untuk mengembangkan sikap bertanggungjawab. Masalahnya, di tengah dunia dengan masyarakat yang sangat mudah menghakimi, orang tua panda kerap dipandang sebagai orang tua yang cuek dan pemalas.
“Orang tua panda tidak malas. Yang mereka lakukan adalah memberikan pegangan bagi anak agar mereka bisa pergi dengan bebas. Alih-alih mengintervensi, mereka hanya memberikan bantuan ketika dibutuhkan,” urai Esther Wojcicki.
Di balik panda yang terlihat santai, malas, dan jinak, panda juga bisa mengeluarkan kuku tajam. Orang tua panda bisa menerapkan rasio yang pas antara memberikan “pelukan” dan kapan saatnya mengeluarkan “cakaran”. Mereka serius, tapi santai.
Satu hal yang membedakan antara pola asuh panda dengan orang tua yang pemalas, orang tua panda mampu berkompromi. “Biarkan anak mendapatkan waktu (menonton) layar (gawai) selama dua jam, misalnya. Dengan kesepakatan satu jam pertama digunakan untuk memainkan aplikasi yang menurut Anda penting, lalu biarkan satu jam lainnya mereka manfaatkan untuk memainkan aplikasi yang diinginkan anak,” saran Esther Wojcicki.
(riz / ray)